Kamis, 26 Januari 2017

Makalah Belajar dan Pembelajaran Matematika Teori Ausubel

MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI AUSUBEL




                                                             DOSEN PEMBIMBING
Dr. Hapizah, S.Pd M.T.

DISUSUN OLEH :

        BELLA TIMORTI PERTIWI                                                    06081381520033
        IRA MARION                                                                           06081281520064
        LARA MAYANGSARI                                                             06081381520030
        RENO SUTRIONO                                                                   06081381520044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017



TEORI AUSUBEL
PENDAHULUAN

         Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor.Metode dan strategi belajar sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.Strategi pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar pendidikan.Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi pendidikan banyak macamnya.Seperti teori pembelajaran David Ausubel.
PEMBAHASAN
1.    Teori Belajar Ausubel
a. Belajar Menurut Ausebel
Ausubel mengklasifikasikan belajar kedalam dua demensi sebagai berikut:
1) Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.Demensi ini meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalambentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa untukmenemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
2) Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan denganstruktur kognitif yang telah dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan ataumengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya makadikatakan terjadi belajar bermakna.Tetapi jika siswa menghafalkan informasibaru tanpa menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam strukturkognitifnya maka dikatakan terjadi belajar hafalan.
Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (dalam Dahar, 1988: 136)
memperlihatkan gambar sebagai berikut:



Belajar Bermakna
Menjelaskan hubungan antara konsep-konsep
Pengajaran Audio Tutorial
Penelitian Ilmiah
Penyajian Melalui Ceramah atau buku pelajaran
Kegiatan di laboratorium sekolah
Sebagian besar penelitian rutin atau produksi intelektual
Belajar Hafalan
Daftar Perkalian
Menerapkan rumus-rumus untuk memecahkan masalah
Pemecahan dengan coba-coba
Belajar Penerimaan
Belajar Penemuan Terbimbing
Belajar Penemuan Mandiri

          Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya belajarpenerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan dan bertambahnya belajar bermakna
          Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna dapatdilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila belajar dilakukan dengan pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna hanyalah terjadi pada penelitian ilmiah.
               Dalam teori belajar terdapat 2 aliran yaitu aliran psikologi tingkah laku dan aliran psikologi kognitif.Teori Ausubel termasuk kedalam aliran psikologi tingkah laku.Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
·         Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)
           Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer belajarnya mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.
                            
·         Belajar Menghafal (Rote Learning)
           Bila struktur kognitif  yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.

          Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna.Hal ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep Phytagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2= b2+ a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
          Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimilikinya.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Empat Tipe Belajar Ausubel

1.        Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.Peserta didik itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki.Misalnya peserta didik diminta menemukan sifat-sifat suatu bujur sangkar.Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat-sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.
2.                       Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.Dengan alat-alat ini diketemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.
3.                       Belajar menerima yang bermakna

Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan  kuadrat tersebut dengan mudah tertanam ke dalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.

4.                       Belajar menerima yang tidak bermakna
               Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final.Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya.Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

Prasyarat Belajar Bermakna

a.                        Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan intensi peserta didik. Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka belajar itu tidak bermakna. Demikianlah banyak peserta didik yang tidak berusaha mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya membenci matematika.
b.         Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik. Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah.
c.         Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-contoh konkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi tanpa pengertian sehingga peserta didik mempelajari matematika dengan pernyataan- pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. 
Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.

Beberapa Prinsip dalam teori belajar Ausubel
1.                       Advance Organizer
Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Advance Organizer dapat dianggap merupakan suatu pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru (Dahar, 1988: 144)
2.                       Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari umum ke khusus.Dengan strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan selanjutnya hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan Sulaiman (1988:203) bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan yang besar
3.                       Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dinyatakan Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak dapat terjadi disekolah, sebab sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih inklusif
4.                       Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi progresif yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan dengan konsep-konsep yang superordinat. Guru harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi mengambil arti baru. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga dapat digerakkan hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi perlu diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti-arti baru bagi konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi

2.                       Cara Menerapkan Teori Belajar Ausubel
Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar menggunakan dua fase yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan.Fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan advance organizer.Fase pelaksanakan terdiri dariAdvance organizer, diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative.
a.    Fase Perencanaan
1.      Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tahapan pertama dalam kegiatan perencanaan adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Model Ausubel inidapat digunakan untuk mengajarkan hubungan antara konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi. Sebagaimana dikatakan Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of content”yang memuat bermacam konsep dan generalisasi
2.      Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa
Model Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar belakang pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan struktur pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat diketahui melalui pretes, diskusi atau pertanyaan
3.      Membuat struktur materi
Membuat struktur materi secara hierarkis merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi integratif dari teori Ausubel
4.      Memformulasikan Advance Organizer
Menurut Eggen(1979: 277), Advance organizer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a) mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa, b) mengorganisasikan materi yang dipelajari siswa.

Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi
a. Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi tersebut merupakan bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan siswa, guru sebaiknya mengusahakan agar definisi dibuat dalam terminalogi yang dikenal siswa.
b. Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi
c. Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai dengan latar belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada dua factor yaitu(1)penguasaan atau pengetahuan siswa terhadap analogi itu, (2) tingkat saling menunjang antara gagasan yangdiajarkan dengan analogi yang digunakan. Dengan analogi, motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi dan definisi konsep
b.    Fase Pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel ini.Untuk menjaga agar siswa tidak pasif miaka guru harus dapat mempertahankan adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru hendaknya mulai dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai pedoman untuk mengembangkan bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi lebihterperinci melalui diferensiasi progresif.Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:1) menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau 2) melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas,
Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna
            Ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
 Kelemahan Belajar Bermakna :
1.        Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
2.        Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.



3.      Pendekatan dan Metode yang Dapat Digunakan

Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Ini terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi).Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan macam premis itu.
Mengajarkan konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan contoh-contoh yang dapat diberikan oleh guru atau dicari oleh murid.Karena itu, guru harus dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas.Ada baiknya, para guru matematika sewaktu-waktu bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas berdasarkan pengalaman.Fakta yang diperoleh dari pengalaman merupakan salah suatu sumber pengetahuan.

Metode Ekspositori
Metode Ekspositori pada mulanya dikenal sebagai metode pembelajaran yang berpusat di guru, siswa tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid. Kemudian Ekspositori berkembang menjadi suatu cara pembelajaran dimana dominasi guru berkurang, siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada siswa. Metode Ekspositori adalah metode terpadu terdiri dari metode informasi, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pelajaran diberikan tugas. Prosedur yang digunakan dalam menerapkan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika yaitu:
a. Guru memberikan informasi materi yang dibahas dengan metode ceramah, kemudian memberikan uraian dan contoh soal yang dikerjakan di papan tulis secara interaktif dan komunikatif dengan metode demonstrasi. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan metode tanya jawab. Lalu mereka mengerjakan soal yang diberikan guru sambil guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa. Salah seorang ditugaskan mengerjakan soal di papan tulis.
b. Guru memberikan rangkuman yang bisa ditugaskan kepada siswa untuk membuat rangkumannya, atau guru yang membuat rangkuman atau guru bersama-sama siswa membuat rangkuman.

Keunggulan:
A. Tepat untuk pemahaman konsep. Operasional, produseral, fakta, keterampilan.
B. Siswa aktif dan senang belakar matematika ketika latihan berkelompok mengerjakan soal yang diberikan guru atau soal dari buku paket.
C. Guru termotivasi untuk aktif membimbing dalam latihan berkelompok.
                      
Kelemahan:
A. Kecendrungan guru yang berperan dalam proses pembelajaran.
B. Siswa segan mengemukakan pendapat atau bertanya ketika selesai penyajian.
C. Siswa malu maju kemuka ketika diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan tulis.

KESIMPULAN

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.

           Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.


DAFTAR PUSTAKA


Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Press.
Amini, U. (2013, Agustus 11). Retrieved Agusutus 16, 2016, from Academia: https://www.academia.edu/8176305/Teori_Kognitif_Menurut_David_Ausubel
ARIYANTO. (n.d.). PENERAPAN TEORI AUSUBEL PADA PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN., (pp. 55-64). Surakarta.
Jainuri, M. (2013, Maret 15). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia: https://www.academia.edu/7216172/Psikologi_Tingkah_Laku_VS_Psikologi_Kognitif
MatchVirgo, L. (2012, Juni 19). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia: https://www.academia.edu/16610474/Psikologi_Pembelajaran_Matematika




0 komentar:

Posting Komentar